Minggu, 26 Februari 2012

case analysis Ryan



Namanya Very Idham Henyaksyah atau biasa dipanggil Ryan (30), walaupun dikenal pernah menjadi guru ngaji dan pendiam, di luar lingkungan rumahnya, Ryan dicap sebagai pembuat onar. Bahkan dia sempat mencuri HP milik member Fitness Marcella Gymnastic di daerah Jombang, Jatim.
Kedatangnya ke Jakarta adalah ingin menjadi model yang "bisa dipakai" yang bisa disebut "Bispak".  Sampai akhirnya dia berkenalan dengan Novel di Margonda, Setelah sekian lama berkenalan Ryan secara resmi menjadi pacarnya Novel. Sosok Ryan yang bengis dan cenderung psikopat mulai terkuak saat ia menjadi tersangka kasus mutilasi Heri Santoso (40). Tubuh Heri Santoso ditemukan terpotong-potong menjadi tujuh bagian di daerah Ragunan.  Polisi kemudian menyelidiki kasus ini dan sampai pada kesimpulan, Ryan-lah pembunuhnya.
Menurut pengakuan Ryan, ia membunuh Heri Santoso karena kesal pada Heri yang mencoba 'menawar' Novel, pacarnya. Ketika Heri sedang main ke apartemen Ryan, Heri sempat melihat foto Novel. Dia langsung jatuh hati padanya dan ingin berkencan. 
Ryan merasa tersinggung, terjadilah cekcok yang berujung kematian Heri Santoso. Di kamarnya di apartemen di Jalan Margonda,  Depok, 11 Juli 2007,  Ryan kemudian memotong tubuh Heri menjadi tujuh bagian.  Lalu dengan menggunakan taksi, Ryan membuang potongan tubuh itu ke daerah Ragunan.
Identifikasi
Sebelum kita menentukan apakah Ryan ini termasuk abnormal yaitu memiliki gangguan psikologis atau hanya memiliki hambatan psikologis, ada tiga kriteria yang harus dipenuhi Ryan. Kriterianya adalah sebagai berikut :
  • Disfungsi Psikologis : menjalankan peran/fungsi dalam kehidupan ; integrasi aspek kognitif,afektif,konatif/psikomotorik.
  • Distres ; Impairment (Hendaya) menunjukkan pada keadaan “merusak” dirinya baik secara fisik or psikologis.
  • Respon Atipikal (Secara Kultural Tidak Diharapkan) Reaksi yang tidak sesuai dengan keadaan sosio kultural yang berlaku.
Kembali lagi ke topik masalah yaitu Ryan, setelah membaca sekilas masalah yang di tulis oleh Yayat di atas, sekarang kita akan mengidentifikasi sesuai dengan kriteria abnormal. Pertama disfungsi psikologis, Ryan mengalami rasa cemburu yang berlebihan karena takut pacarnya akan direbut oleh orang lain. Perasaan Ryan membuatnya mendorong untuk membunuh Heri karena Ryan merasa cemburu ada seseorang yang menyukai pacarnya.

Kedua, Distres. Secara fisik Ryan tidak melumpuhkan bagian tubuhnya atau merusaknya. tetapi secara psikologis Ryan mengalami gangguan yaitu selalu berfikiran negatif dimana takut pacarnya akan di rebut oleh orang lain sehingga membuat Ryan membunuh orang-orang yang dicintainya.

Ketiga, respon atipikal. Dalam budaya Indonesia, "homoseksual" masih belum bisa dibilang normal seperti di negara luar, sehingga masyarakat menganggap bahwa perilaku Ryan sangat meresahkan ditambah dengan pembunuhan yang dilakukannya membuat masyarakat semakin memandang Ryan adalah seorang penjahat.

Setelah kita identifikasi, Ryan memiliki tiga kriteria tersebut. Sehingga Ryan termasuk golongan abnormal.

Kamis, 23 Februari 2012

Perbedaan Konseling dan Psikoterapi


A.    Pengertian Psikologi Konseling
Pada zaman yang semakin berkembang ini, sering menghadapkan individu kepada persoalan persoalan rumit dan sukar untuk dipecahkan. Seorang individu dalam proses perkembangannya akan melewati tahap-tahap baik itu dari ukuran fisik atau non-fisik. Masa melewati tahap-tahap ini terkadang menjadi sebuah problem untuk sebagian individu. Oleh karenanya mereka membutuhkan bantuan agar dapat lebih memahami dan memecahkan problem tersebut. Maka muncul sebuah solusi berupa psikologi konseling yang kemudian akan sedikit memberikan bantuan berupa pemberian informasi-informasi kepada individu yang mengalami problem-problem tersebut.
Secara bahasa Psikologi berasal dari 2 kata yaitu, psyche yang artinya jiwa dan logos yang artinya ilmu. Jadi secara umum Psikologi lebih dikenal dengan arti Ilmu Jiwa. Namun, seiring berkembangnya aliran-aliran dalam Psikologi maka, banyak ahli yang lebih setuju dengan definisi Psikologi sebagai ilmu tentang perilaku dan mental. sedangkan Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari bahasa latin yaitu counselium, artinya ”bersama” atau ”bicara bersama” . Kemudian dalam bahasa Anglo-Saxon istilah konseling berasal dari sellan yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan” . 
Dalam buku Psikologi Konseling dan Teknik Konseling, Abubakar Baraja mengatakan bahwa, “..Psikologi koseling juga dikenal sebagai suatu proses yang terus menerus. Sehingga dapat dikatakan sifat dari psikologi konseling adalah Membantu..”. Proses yang terus menerus ini berarti berangsurnya proses pemulihan problem yang dialami individu ketika individu tersebut secara aktif berpatisasi dalam proses konseling. 
Diambil dari buku Abubakar Baraja dengan judul yang sama. Gustard, seorang ahli dalam bidang Psikologi Konseling mencirikan Psikologi Konseling kedalam 3 kategori :
1.      Peserta; umumnya berjumlah minimal 2 orang (konselor dan Klien), dan bisa juga berkelompok, dengan peranan atau afiliasi profesional khusus (ahli-ahli pada masing-masing bidang).
2.      Tujuan; yaitu untuk dapat menyesuaikan diri kearah yang terbaik dan berfungsi meningkat. Kemudian dalam hal ini Psikologi Konseling menekankan..
3.      Hasil belajar; seperti, keterampilan yang ditingkatkan. 
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).
Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.
Psikologi Konseling sebagai sebuah proses pemberian Informasi, sangat membantu individu dalam mencoba alternatif untuk keluar dari problem yang menyertai kehidupan. Sehingga diharapkan problem yang selalu menyertai semua individu dapat diminimalisir.
Menurut buku karangan Sofyan Wills, tujuan konseling yaitu:
1.      Menangkap isu sentral atau pesan utama klien.
Konselor harus mampu menangkap isu utama yang menjadi masalah penting klien.
2.      Utamakan tujuan klien.
Tanggung jawab utama konselor mendorong klien mengembangkan potensi kekuatan, kemampuan klien mengarahkan nasibnya sendiri, dengan kata lain tujuan klien adalah tujuan konselor itu sendiri.
Diharapkan setelah menjalani konseling, klien dapat:
1.      Effective daily living.
Setelah selesai proses konseling klien harus dapat menjalani kehidupan sehari-hari secara efektif.
2.      Relationship with other.
Klien mampu menjalani hubungan dengan orang lain di lingkungan keluarga, sekolah atau kantor.


Dalam bukunya Jannete Murad, Gladding mengatakan bahwa konseling terkait dengan:
·         Keprihatinan pada kesejahteraan, pertumnbuhan pribadi karier dan juga patologi. Dengan perkataan lain berkaitan dengan bidang yang melibatkan hubungan antara manusia.
·         Untuk orang-orang yang dianggap masih berfungsi mormal.
·         Berdasar teori dan berlangsung secara terstruktur.
·         Suatu proses dimana klien belajar bagaimana membuat keputusan dan memformulasikan cara baru untuk bertingkah laku.
Kemudian Gladding kembali menjabarkan hal-hal yang terkait dengan psikoterapi, yaitu:
  • Berhubungan dengan masalah gangguan jiwa yang serius.
  • Lebih menekankan pada masa lalu dari pada yang terjadi sekarang.
  •  Lebih menekankan pada insight dari pada perubahan.
  • Terapis menyembunyikan dan tidak memberikan nilai-nilai dan perasaan.
  • Hubungan jangka panjang (20-40 sesi)

Konseling adalah suatu profesi, artinya yang dapat melakukan konseling adalahorang mendapat pendidikan untuk melakukan konseling dan melalui proses sertifikasi dan yang mendapatkan lisensi untuk melakukan konseling.

B.     Persamaan dan Perbedaan Konseling dan Terapi

Persamaan :
-          dasar : teori, metode & data ilmiah yang telah dikaji secara empirik (observasi, wawancara, test, teori2)
-          teknik2 ilmiah : pembicaraan, latihan2
-          aturan : biaya, waktu, tempat, alat2,

 

Perbedaan


Konseling

Psikoterapi
Kurang  intensif
Lebih intensif
preventif
Kuratif / reapartif
Fokus : edukasi, vocational, perkembangan
Fokus : remedial
Setting : sekolah, industri, social work,
Setting : rumah sakit, klinik, praktek pribadi,
Jumlah intervensi kurang
Jumlah intervensi banyak
supportive
rekonstructive
Penekanan “normal”
/ masalah ringan
Penekanan “disfungsi” / masalah berat
Short term
Long term





    • Brammer Abergo & Shostrom (1993), dijelaskan bahwa terlihat perbedaan konseling dan terapi, terutama pada kedalaman analisis masalah yang terdapat, juga ada penekanan pada perbedaan subjek untuk konseling dan terapi. Konseling menekankan pada hal-hal yang sadar dan masa sekarang, sedangkan terapi pada masa lalu.

Sifat gangguan yang ditangani oleh konseling dan terapi juga berbeda, pada konseling lebih kepada masalah-masalah yang membutuhkan pemecahan masalah sedangkan terapi menangani masalah-masalah disfungsi atau gangguan emosional yang parah.
Menurut Hansen, Stevic dan Warner (1986), masalah yang ditangan oleh konseling lebih kepada hubungan interpersonal dan berkaitan dengan masalah peran. Misalnya bagaimana seorang perempuan yang menikah dan bekerja membagi waktu untuk dirinya sendiri, suami dan anak-amaknya, bagaimana ia yang berperan sebagai anak dari orangtuanya, hal yang seperti inilah yang termasuk kedalam lingkup konseling.

Referensi:
Wills, Sofyan. 2007.  Konseling & Indifidual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta
Lesmana, J. Murad. 2006. Dasar-dasar Konseling. Jakarta: UI Press.

Minggu, 19 Februari 2012

Case Analysis Kasus C

Kasus
Landa berusia 25 tahun telah menjalani hubungan perkawinannya selama hampir 2 tahun. Landa selalu merasa ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam bila bersama suaminya. Hal ini tidak terlalu dirasakannya ketika ia bersama orang lain. Suami subjek merupakan figur suami yang otoriter dan overprotekstif. Subjek selalu merasa disalahkan atas setiap hal yang dilakukannya. Subjek merasa tidak berani memberikan pendapat kepada suaminya. Subjek merasa tidak bahagia dengan kehidupan perkawinannya tersebut dan berniat untuk segera bercerai dengannya tetapi subjek tidak mempunyai keberanian untuk melakukannya.

Identifikasi
Landa termasuk seseorang yang mempunyai perilaku abnormal karena dia mempunyai kecemasan yang sangat tinggi sehingga membuat dirinya merasa tidak nyaman bersama suaminya yang sudah tinggal bersama selama 2 tahun. Normalnya, seseorang akan merasakan semakin nyaman tinggal bersama suaminya dalam waktu yang cukup lama, tetapi Landa tidak demikian. 

Landa merasa tidak nyaman hanya bersama suaminya saja. Suaminya merupakan orang yang otoriter dan overprotekstif sehingga membuat Landa tidak nyaman. Landa seharusnya dapat berkomunikasi dengan baik bersama suaminya atau mencurahkan perasaannya kepada orang terdekatnya tentang perasaannya, tetapi Landa selalu memendam perasaannya sehingga merepress perasaannya dan membuat Landa selalu khawatir.

Dalam suatu hubungan baiknya terjalin komunikasi interpersonal yang baik antara suami dan istri. Tetapi terlihat disini hanya terjadi komunikasi satu arah yaitu dari suami kepada istrnya Landa, tetapi dari pihak Landa tidak terjalin komunikasi yang baik sehingga membuatnya merasa tidak nyaman. Landa merasa takut kepada suaminya yang selalu menyalahkannya, harusnya landa dapat mengungkapkan apa yang dirasakan kepada suaminya sehingga suami dapat mengerti perasaan Landa. 

Tidak mudah dalam menjalani hubungan interpesonal dengan orang lain, apalagi dalam hubungan rumah tangga. Komunikasi adalah satu satunya cara agar hubungan suami istri dapat berjalan dengan baik. Landa tidak seharusnya langsung mengambil keputusan untuk bercerai, karena hubungan mereka masih dapat diselamatkan jika komunikasi antara Landa dan suaminya berjalan dengan lancar dan saling mendapatkan feedback yang baik.

Sabtu, 18 Februari 2012

Pengertian Psikologi Abnormal dan Ciri-ciri Abnormal


APAKAH PSIKOLOGI ABNORMAL ITU?


Psikologi abnormal kadang-kadang disebut juga psikopatologi. Dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan istilah Abnormal Psychology.  Lalu apa yang dimaksud dengan psikologi abnormal? Berikut dikemukakan beberapa definisi. 

  • Menurut Kartini Kartono (2000: 25), psikologi abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk gangguan mental dan abnormalitas jiwa. 
  • Singgih Dirgagunarsa (1999: 140) mendefinisikan psikologi abnormal atau psikopatologi sebagai lapangan psikologi yang  berhubungan dengan kelainan atau hambatan kepribadian, yang menyangkut proses dan isi kejiwaan.

APAKAH PERILAKU ABNORMAL ITU?

Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan suatu perilaku abnormal, antara lain:
1.   Statistical infrequency
  • Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang yang akan diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng. Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva. 
  • Digunakan dalam bidang medis atau psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah, tinggi badan, intelegensi, ketrampilan membaca, dsb.
  • Namun, kita jarang menggunakan istilah abnormal untuk salah satu kutub (sebelah kanan). Misalnya orang yang mempunyai IQ 150, tidak disebut sebagai abnormal tapi jenius.
  • Tidak selamanya yang jarang terjadi adalah abnormal. Misalnya seorang atlet yang mempunyai kemampuan luar biasa tidak dikatakan abnormal. Untuk itu dibutuhkan informasi lain sehingga dapat ditentukan apakah perilaku itu normal atau abnormal.

2.   Unexpectedness
  • Biasanya perilaku abnormal merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi. Contohnya seseorang tiba-tiba menjadi cemas (misalnya ditunjukkan dengan berkeringat dan gemetar) ketika berada di tengah-tengah suasana keluarganya yang berbahagia. Atau seseorang mengkhawatirkan kondisi keuangan keluarganya, padahal ekonomi keluarganya saat itu sedang meningkat. Respon yang ditunjukkan adalah tidak diharapkan terjadi.

3.   Violation of norms
  • Perilaku abnormal ditentukan dengan mempertimbangkan konteks sosial dimana perilaku tersebut terjadi.
  • Jika perilaku sesuai dengan norma masyarakat, berarti normal. Sebaliknya jika bertentangan dengan norma yang berlaku, berarti abnormal.
  • Kriteria ini  mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif tergantung pada norma masyarakat dan budaya pada saat itu. Misalnya di Amerika pada tahun 1970-an, homoseksual merupakan perilaku abnormal, tapi sekarang homoseksual tidak lagi dianggap abnormal.
  • Walaupun kriteria ini dapat membantu untuk mengklarifikasi relativitas definisi abnormal sesuai sejarah dan budaya tapi kriteria ini tidak cukup untuk mendefinisikan abnormalitas. Misalnya pelacuran dan perampokan yang jelas melanggar norma masyarakat tidak dijadikan salah satu kajian dalam psikologi abnormal.

4.   Personal distress
  • Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu.
  • Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan.
  • Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik.
  • Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan setandar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.

5.   Disability
  • Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.
Nah tadi kita udah membahas tentang Psikologi Abnormal dan Ciri cirinya. Sebelum kita memberikan penilaian terhadap seseorang akan perilakunya itu normal atau tidak, ada baiknya kita menelaah lebih jauh lagi tentang orang tersebut. Kita juga dapat mengetahui apa saja perilaku abnormal dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder atau yang sering disebut DSM.